Friday, November 14, 2014

Wangi Surga itu Berasal dari Cengkeh dan Kayu Manis


Mama saya adalah seorang perempuan yang serba bisa. Menjahit baju, bikin kue-kue adalah beberapa di antara kebisaan beliau. Dua aktivitas itu pula yang dijadikan Mama saya sebagai sarana mencari tambahan penghasilan, untuk membantu Papa saya yang PNS, untuk menghidupi kelima anaknya.

Sejak kecil, dari dapur rumah kami di Jogja sering tercium aroma wangi yang berasal dari kue atau cake bikinan Mama. Saat terima pesanan dari tetangga atau pas menjelang Lebaran..woho, aroma rumah seperti surga! Wanginya beraroma manis, hangat dan yang jelas bikin laper! Belakangan saya tahu, wangi itu berasal dari bahan rempah, cengkeh dan kayu manis. Tapi ya itu, meski senang dengan aroma dapur saat Mama membuat kue, di antara tiga anak perempuan Mama, saya yang paling tidak pernah terjun ke dapur. Namanya juga cewek tomboy :-) .

Rame-rame bareng geng BKR (doc pribadi)
Kondisi berubah 180 derajat sekitar dua tahun yang lalu. Dari yang sangat jarang memegang alat-alat pembuat kue seperti loyang, mixer hingga oven, saya coba-coba terjun ke dunia bakery.

Resign dari pekerjaan tetap membuat saya harus berpikir untuk mencari penghasilan. Kebetulan ada kawan main yang kenal dengan kelompok ibu-ibu yang menjadikan hobi bikin kue sebagai sarana mencari penghasilan.

Jadilah saya bergabung dengan geng Bakul Kue Rumahan (BKR) di Solo. Di BKR ini kami menggelar latihan bareng (Latbar) secara berkala. Di Latbar ini, kami anggota BKR akan menjajal resep-resep makanan yang marketable. Sejak itu pula, saya kembali akrab dengan wangi harum dari dapur. Memegang alat-alat baking, membuat adonan dan membaui wangi kue atau cake yang dipanggang itu sungguh pengalaman luar biasa! 
foto dari rafspices.indonetwork.co.id

Yang paling favorit tentu saja wangi yang berasal dari kue atau penganan yang memakai cengkeh dan kayu manis sebagai salah satu bahan pembuatnya. Di antaranya, nastar dan klaapertart. Tahu kan kedua kue manis ini.  Untuk nastar, memang lebih sering dijumpai saat Lebaran, sementara klaapertart, kue khas dari Manado ini nikmat dikonsumsi kapan saja.

 Cengkeh atau cengkih (Syzygium aromaticum, Eugenia aromaticum) dan kayu manis (Cinnamomum zeylanicum, C burmanni) yang menurut sejarahnya awalnya banyak dihasilkan oleh kepulauan Maluku, menjadi salah satu bahan pembuat selai nanas isian nastar.

Prosesnya, setelah nanas diparut lalu dimasak sampai kandungan airnya mengering, baru dimasukkan gula pasir. Saat memasak selai inilah dimasukkan cengkeh dan kayu manis. Hmm..ruangan dapur pun harum seketika. Tangan pun tak sabar untuk nyolek-nyolek mencicipi legit dan harumnya selai nanas ini.
Kue nastar fresh from the oven (dok pribadi)

Nah, setelah selai jadi dan dimasukkan ke adonan kulit, cengkeh pun masih dipakai lho. Untuk yang ini sesuai selera sih, batang bunga cengkeh bisa ditusukkan di bagian atas nastar, bentuknya pun jadi lebih manis, bisa seperti tangkai atau kuntum bunga.

Sementara untuk klaapertart, kayu manis juga dipakai dalam campuran adonan, bentuknya bisa utuh atau dalam bentuk serbuk, kecuali untuk hiasan bagian atas, kayu manis yang dipakai bentuknya biasanya serbuk. 




Cara membuatnya gampang banget, bahan-bahan seperti susu, gula pasir, telur, margarin, terigu, maizena dan irisan daging kelapa muda dicampur dan dimasak sampai mengental, kemudian dimasukkan ke pinggan kecil-kecil sesuai selera. Agar muncul kombinasi rasa legit dan renyah, biasanya ditambah dengan potongan kacang kenari juga kismis.

Klaapertart enak dimakan hangat maupun dingin (dok pribadi)
Nah, sebelum dipanggang, adonan klaapertart yang sudah dimasukkan ke dalam cetakan kecil-kecil itu dihiasi lagi dengan kayu manis serbuk. Begitu dipanggang, harum kayu manis pun memenuhi ruangan dapur...wangiii.

Gak nyangka, lewat aktivitas bikin kue-kue, jadi benar-benar memahami dan bisa memaknai Gemah Rempah Mahakarya Indonesia.  Betapa Tanah Air kita sangat kaya akan sumber daya berupa rempah, yang sejak ratusan tahun silam menarik minat para pendatang untuk memanfaatkannya.

Aduh, nulis gini aja bikin pengin ambil apron dan terjun ke dapur deh...bikin klaapertart..ayuk ah. 

Sumber bacaan 1, 2, 3, 4

Tuesday, September 30, 2014

Naik Omzet Iya, Bikin Bete Karena Lelet Iya


Ibu-ibu BKR Solo dalam salah satu kesempatan latihan bareng (dok.pribadi)

Awas centong melayang!" Demikian “salam mesra” moderator milis Natural Cooking Club (NCC) sehari-hari dalam memperingatkan hampir puluhan ribu anggotanya agar memperhatikan sopan santun beremail-ria. Berangkat dari milis yang selalu ramai, pelaku kuliner berbasis komunitas yang didirikan oleh pasangan suami istri Fatmah Bahalwan dan Wisnu Ali Martono pada 15 Januari 2005 ini lantas memperluas wilayah cakupannya dengan membuat grup di media sosial (medsos) Facebook. 

Hingga akhir September 2014, anggota grup tertutup NCC di Facebook telah mencapai hampir 59.000 orang! Bisa bayangkan keriuhan yang bakal terjadi jika mereka menggelar latihan memasak dalam sekali waktu. Ya, salah satu aktivitas utama dari NCC adalah kursus kuliner tiap akhir pekan, dengan tema yang berbeda-beda. Selain itu NCC juga aktif menggelar berbagai kegiatan secara berkala seperti Tour d’Toko, Tour d’Pasar, demo member, cooking & baking party, kursus food photography, dan masih banyak kegiatan lainnya.

Nah, dalam kesehariannya, NCC merupakan kumpulan jaringan bakul kue rumahan – istilah NCC untuk pengusaha kue rumahan – yang telah mencetak pendapatan dari dapur rumah mereka sendiri. Ini pun ada komunitasnya di Facebook, yakni BKR, alias Bakul Kue Rumahan. Sejak didirikan pada Desember 2013, grup tertutup BKR di Facebook ini telah beranggotakan 58.500 orang. Motto yang diusung BKR adalah “wadah untuk berbagi ilmu dan belajar bersama”.  Tak hanya mereka yang sudah piawai di dunia kuliner, grup ini pun terbuka bagi para pemula yang baru coba-coba merasakan manisnya bisnis kue rumahan.

Mengandalkan Smartphone
Tak hanya via online, BKR tentu saja lebih “sibuk” secara offline. Melalui grup bbm yang dimoderatori oleh seorang penanggung jawab di berbagai kota di Tanah Air, para anggota BKR aktif berkomunikasi untuk menunjang berbagai aktivitas yang tujuannya selain untuk berbagi ilmu dan belajar bersama, tentu saja juga untuk meningkatkan kapasitas produksi para bakul kue rumahan yang tergabung di dalamnya. 

BKR Cabang Solo, Jawa Tengah misalnya, melalui grup bbm (blackberry messenger) yang dimoderatori oleh Karina Ika Sari,  para anggota akan berdiskusi tentang tema-tema kuliner apa yang bisa dijajal dalam latihan bareng (Latbar) yang diadakan sebulan sekali. Tema-tema yang diangkat biasanya diupayakan yang marketable, alias mudah diterima oleh pasar. Tak hanya itu, para anggota grup juga sering bertukar informasi tentang berbagai hal seputar dunia masak memasak, misalnya seperti; perbandingan harga bahan kue/roti, trik-trik mengeksekusi resep, info demo kuliner dari produsen menteg/terigu, “saling melempar order” dan lain-lain. 

Kecangggihan teknologi komunikasi dan aplikasi pendukungnya memang terbukti sangat membantu kelancaran dalam berwirausaha. Dikatakan Uciex, anggota BKR Solo yang memiliki spesialisasi memproduksi permen coklat karakter, media sosial membantu dirinya untuk melakukan promosi dan membantu meningkatkan penjualan. Bergabung dengan NCC sejak 2007, diakui Uciex mendapatkan banyak ilmu baru. “Meski kalau NCC lebih banyak interaksi via online, tapi banyak manfaat yang saya dapat. Di antaranya jadi tahu bagaimana memodifikasi resep-resep masakan, kue atau roti.” Setahun belakangan Uciex juga aktif di grup BKR Cabang Solo.
“Adanya grup BKR yang juga aktif via bbm menjadi wadah saling bantu promosi. Kadang ada juga anggota .grup yang jadi reseller produk saya. Sangat membantu meningkatkan penjualan pokoknya,” tandas Uciex.

Hal senada dikatakan Melly, anggota BKR Cabang Solo lainnya yang berdomisili di Palur, Karanganyar. “Banyak kenalan dan konsumen saya yang berasal dari luar kota, jadinya promosi dengan memajang gambar produk di-display picture bbm sangat membantu penjualan. Selain itu, saya mengandalkan bbm dan WA (whatsapp) untuk berkomunikasi dan bertransaksi dengan mereka. Jadinya memang piranti teknologi komunikasi itu sangat membantu ya.”
Meski demikian, tak selamanya bisnis memanfaatkan teknologi komuniksai dan aplikasi pendukungnya berjalan lancar tanpa hambatan. “Paling terganggu kalau sinyal lagi lelet, bisa bikin emosi tu,” lanjut Melly. Beda lagi dengan Uciex, yang mengatakan, “Kalau menurut saya sih, harga paketan (pulsa) untuk smartphone ya yang masing tergolong mahal..hahaha.”

Sunday, June 1, 2014

Antara Sepak Bola, Kacang dan Maling

Wohoo...Piala Dunia 2014 sudah di depan mata! Udah kudu siap-siap stamina dan banyak camilan nih buat stok temen nonton bola di tivi. Wuiih...kok gak pernah-pernahnya ya saya nulis soal sepak bola. Padahal olahraga yang satu ini jadi favorit tontonan sejak masih berseragam putih biru ..cieee. 
Jadi, sekali-kali nulis soal olahraga semilyar umat ini gapapa ya..ya..ya? Tenang, bukan soal prediksi atau analisis pertandingan, tapi yang ringan-ringan aja yang terlintas di kepala. 
 Oh iya, sejak zaman baheulah, Italia selalu jadi tim unggulan saya. Bukan apa-apa, abisnya sejak kali pertama ada tontonan sepakbola di tivi, Liga Serie-A tu jadi menu andalan. Tahu kan, stasiun tivi mana yang pada era 90-an secara rutin menayangkan laga Serie-A? Hihi..jadi inget deh, kalau motivasi nonton bola dulunya karena tertarik lihat pemain-pemain Italia yang ganteng-ganteng..hahaha.

 Di PD 2014 ini, Italia berada satu grup sama Inggris, Uruguay dan Kosta Rika. Lawan yang lumayan berat ya skuat Three Lions Inggris, dan Uruguay. Secara sejarah, Italia sudah pernah membawa pulang trofi Jules Rimet empat kali, pada 1934, 1938, 1982 dan 2006. Penjaga gawang Gianluigi Buffon, dan Andrea Pirlo menjadi dua pemain senior andalan di tim ini. 
 
Cesare Prandeli
Sementara Inggris, meski punya liga paling berkualitas di Eropa, secara timnas, skuat yang sekarang ngandelin Wayne Rooney ini kerap apes. The Three Lions baru sekali memboyong Piala Jules Rimet ke Inggris pada 1966, selebihnya, prestasi terbaik mereka hanya sampai semifinal di Piala Dunia Italia 1990. Tim yang ditukangi Roy Hodson ini punya pemain andalan di antaranya Joe Hart, Wayne Rooney dan Steven Gerard. 

Uruguay punya cacatan lebih baik ketimbang Inggris. Timnas ini pernah jadi juara Piala Dunia dua kali, masing-masing pada 1930 dan 1950. Di PD terakhir pada 2010, Uruguay finis di tempat keempat. Banyak pemain di timnas juga bermain di liga Eropa, di antaranya Diego Forlan, Luiz Suarez, Edinson Cavani, di bawah komando manajer Oscar Tabares. 
Nah, secara persiapan, Italia mungkin tim yang paling siap. Pelatih Cesare Prandelli sampai-sampai mengaku bingung memilih pemain yang bakal dibawa ke PD 2014, lantaran kelebihan stok pemain berkualitas. Wohoo...bisa nyombong si Bapak. Soal target, dia juga yakin tim asuhannya bakal bisa melaju hingga final. Top deh!

Tragedi Kacang
Trus, persiapan kamu apa untuk menyambut Piala Dunia ini? Hihihi...yang begituan ditanyain. Menurut saya sih ini agak-agak penting ya, secara biasanya laga sepak bola internasional itu enggak sopan jam tayangnya (maksudnya laga itu tayang di jam-jam kita kudu istirahat). 
Eh, tapi yang jelas, nyiapin stamina itu harus. Apalagi PD 2014 ini berlangsung di tengah bulan Ramadan, so, kawan-kawan muslim yang menjalankan puasa dan ibadah tarawih di malam hari, kudu bisa memenej energi dan bagi waktu dong (ciyus amat siih..). Belum lagi buat kalian yang punya jam kerja teratur di pagi hari...wah, kudu lebih kuat lagi tuh nahan kantuk.
ini kacaaaaang...

Kalau saya sih persiapannya standar aja. Palingan beli stok kopi sacet, kacang dan kue-kue buat nahan kantuk dan lapar. Oiya, soal nonton tayangan bola ditemenin kacang ini saya punya cerita ajaib. 
Dulu, zaman masih pake seragam putih-biru, kebiasaan saya nonton bola di malam hari itu sendiri, soalnya biar punya saudara laki dua biji, mereka enggak ada yang doyan nonton bola.

Nah, pernah suatu malam, pas nonton tayangan sepak bola di ruang tengah, tau-tau ada suara klotek-klotek datang dari kaca nako jendela ruang tamu. Karena kukira tikus (seperti biasanya), spontan aja itu kacang aku lempar-lempar ke arah kaca nako, sambil bilang: hush..hush...

Setelah suara klotek-klotek itu hilang, saya lanjut nonton bola, trus tidur setelahnya. Paginya, orang rumah kaget, nemuin dua kaca nako sudah lepas dari dudukannya. Ternyata, suara klotek-klotek yang saya dengar malam itu suara maling lagi nyopotin kaca nako. Sialan bener tu maling, untung enggak kesampaian masuk rumah, bisa berabe beneran deh...
Jadi saran saya, terutama buat cewek nih, jangan nonton tayangan bola sendirian malem-malem. Boleh deh ngajak kakak, adik atau suami buat nemenin. Kalau saya sih, tahun ini tetep masih ditemenin kacang dan kopi... eh, ditambah Ibu kucing dan empat anaknya ding.

So, selamat menjalankan ibadah Piala Dunia 2014!! 

Saturday, May 31, 2014

London, I’m on My Way!


Siapa sih yang enggak pengin jalan-jalan ke London, Inggris, apalagi untuk penggemar sepak bola macam saya. So, it will be a dream come true kalau ada yang rela hati bayarin saya untuk melakukan perjalanan ke London..hehehe.
Ada banyak alasan kenapa saya harus melakukan perjalanan ke Negeri Putri Diana itu. Ini beberapa di antaranya...
Stamford Bridge, markas Chelsea.
London itu...The biggest dream of a football fans. Ada banyak klub sepak bola di London, di antaranya Arsenal, Queens Park Rangers, Fullham, West Ham United, Tottenham Hotspur juga Chelsea. 

Dan saya adalah penggemar Chelsea, klub berjuluk The Blues yang bermarkas di Stamford Bridge, London. 

Kalau lagi nonton laga mereka di kandang, oh well..pengeen banget bisa ndlosor di lapangan hijaunya. 
Rumput Stamford Bridge itu semacam karpet empuk di mana kita bisa buat guling-guling di atasnya. Seru!
Kedua, saya pengin bertemu Manajer Chelsea, Jose Mourinho! Di balik kesan arogan yang ditunjukkannya, saya kok yakin (yakin seyakin-yakinnya), ada hati yang hangat di sana..ciee...
Gila, siapa yang enggak mau ketemu pelatih paling top sejagat itu coba? He is The Special One! Tentu saja saya juga pengin bertemu dengan seluruh anggota tim Chelsea, terutama dengan Frank Lampard. Tempo hari saya pernah membeli jersey dengan nomor punggung Lampard, jadi kalau nanti ketemu dia, saya bakal minta dia membubuhkan tanda tangan di jersey itu. 

Let's Run!
Sungai Thames
Alasan ketiga, salah satu hobi saya adalah lari. Kebetulan saya sering lari barengan anak Solo Indorunner. Bisa dibayangkan betapa kerennya bisa berlari di tengah udara sejuk London, di sepanjang tepian Sungai Thames, sambil kibar-kibarin benderanya anak Solo Indorunner, bakalan mati iri mereka-mereka..hihihi. 


english muffin
Pergi ke London, enggak asyik dong kalau enggak manjain lidah alias makan-makan. Sebagai seorang baker amatir (ciee...) obsesi saya saat berada di London adalah mencicipi english muffin. 

Beda dengan muffin yang banyak kita kenal di Indonesia, english muffin itu cara membuatnya seperti membuat roti, yaitu tepung dengan diberi ragi, sementara kalau muffin yang kita kenal cenderung mirip cake. 



Nah, di Inggris, muffin biasa disantap untuk menemani minum teh. Saya bakal dapet pengalaman tak terlupakan kalau bisa menjajal english muffin sambil ikutan afternoon tea di Istana Buckhingham. What a perfect afternoon!
 
Istana Buckingham














And last but not least..alasan kenapa harus saya yang berangkat ke London berhubungan sama kerjaan saya sekarang, sebagai freelance content writer. 
Kebetulan, saya kebagian “tugas” membuat artikel tentang destinasi wisata di Benua Eropa. 

Pasti seru kalau saya bisa berangkat ke London. Akan banyak kisah yang bisa dituangkan dalam tulisan-tulisan saya nantinya. 

I’m dying to go to London, so i can tell all my experiences and write it down on my  articles! Wait for me London, i’m on my way! @MisterPotato_ID bawa aku ke #InggrisGratis yaaa.. 




Thursday, November 14, 2013

Tambah Stamina dengan Nasi Ubi


 
Nasi ubi, nasi yang diberi potongan ubi jalar





    Satu hal yang tak pernah lewat dari perhatian saat bepergian ke tempat baru adalah makanan. Apalagi jika daerah yang dituju benar-benar belum kita kenal sebelumnya, wisata kuliner adalah a must do activity, aktivitas yang harus dilakukan! Begitu juga saat mengunjungi Taipei, Taiwan.
    
    Untungnya, saya datang berkelompok, bersama beberapa rekan wartawan dan perwakilan travel agent yang diundang Garuda Indonesia. Meski kami serombongan berbeda-beda kepercayaan, Jenny Hung, tour guide kami sudah memastikan setiap makanan yang tersaji di restoran yang kami kunjungi, bebas dari daging dan atau minyak babi. Kali pertama makan di restoran di Taipei, saya dan kawan senang-senang saja. 
Menu yang disajikan ternyata tidak terlalu asing di lidah, bahkan sebagian besar di antaranya juga bisa ditemukan di Tanah Air. Udang asam manis, ca jamur brokoli, cumi asam manis, ayam goreng bumbu, bebek tumis jamur dan ikan kukus menjadi menu yang nyaman-nyaman saja di lidah dan perut saya. Racikan bumbu yang membalut masakan-masakan itu pun tidak terlalu tajam di lidah orang Indonesia.
Masakan berbahan daging bebek
Keunikan saya temui saat di salah satu restoran kami disu
 
   Ikan kukus ala Taiwan
guhi nasi hangat dengan potongan ubi jalar berwarna kuning di dalamnya.
   “Kalau orang Taiwan, nasi yang diberi potongan ubi itu untuk kesehatan, mengembalikan stamina. Jadi makannya sekaligus, nasi bareng sama ubinya,” jelas Jenny saat saya menanyakan soal nasi “bertabur” ubi jalar itu. Nasi yang ditemani ubi jalar itu pun terasa agak manis di lidah. 
    Kali kedua makan di restoran, lagi-lagi saya dan rombongan menemui menu sejenis, hanya beda di soal penyajian. Bahkan kali ketiga kami makan di restoran di luar hotel, udang asam manis, ca jamur brokoli, cumi asam manis, ayam goreng bumbu, bebek tumis jamur serta ikan kukus, kembali tersaji di meja. 
     “Ini lagi ini lagi. Eneg banget ya, tiga kali makan di luar menunya sama semua,” ucap rekan wartawan yang duduk di samping saya. Saya dan delapan wartawan lainnya yang kebetulan duduk satu meja pun tak bisa menahan tawa. “Coba di Indonesia, hari pertama wisata kuliner masakan Padang, hari kedua masakah Jawa, hari ketiga masakan Sunda, kurang apa coba Indonesia,” sahut kawan lainnya. Bagi saya yang penyuka masakan pedas dan sambal, wisata kuliner di Taipei jelas agak mengecewakan. Dari tiga restoran yang saya dan rombongan kunjungi tidak ada satupun yang menyajikan sambal sebagai pendamping menu utama.